christian.totomutu
nama gua christian totomutu, anak kelahiran manado yang sekarang lagi mengejar cita-cita di Jakarta. kalau mau tahu lebih lanjut mengenai gua visit ya blog gua :) thank you all :D
Jumat, 24 April 2015
Kamis, 23 April 2015
Bahasa dan Agama di Minahasa, Sulawesi Utara
Bahasa
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Tomohon selain menggunakan Bahasa Manado dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan juga menggunakan bahasa Minahasa. Seperti diketahui di Minahasa terdiri dari delapan macam jenis bahasa daerah yang dipergunakan oleh delapan etnis yang ada, seperti Tountemboan,Tolour, Tombulu dan lain-lain. Bahasa daerah yang paling sering digunakan di Kota Tomohon adalah bahasa tombulu karena memang wilayah Tomohon termasuk dalam etnis Tombulu.Selain bahasa percakapan di atas, ternyata ada juga masyarakat di Minahasa dan Kota Tomohon khususnya para orang tua yang menguasai Bahasa Belanda karena pengaruh jajahan dari Belanda serta sekolah-sekolah zaman dahulu yang menggunakan Bahasa Belanda. Saat ini semakin hari masyarakat yang menguasai dan menggunakan Bahasa Belanda tersebut semakin berkurang seiring dengan berkurangnya masyarakat berusia lanjut.
Agama
Mayoritas masyarakat Kota Tomohon memeluk agama Kristen dan menjadi pusat penyebaran agama Kristen Protestan di Minahasa. Kantor Pusat Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yang adalah gerja terbesar yang ada di Sulawesi Utara, berlokasi di kota ini. Demikian juga dengan Gereja Khatolik Roma yang memiliki banyak pemeluk dengan sejarah yang panjang di Tomohon. Kantor Konferensi Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh wilayah Tomohon dan Minahasa Selatan berpusat di Tomohon. Di Tomohon juga terdapat pemeluk agama Budha yang memiliki vihara di Kelurahan Kakaskasen III. Sebagian besar masyarakat Tomohon yang beragama Islam menetap di kelurahan Kampung Jawa. Terdapat juga Pesantren yang berada di kelurahan Kinilow.Pariwisata di Suku Tombulu
Pariwisata
Objek-objek wisata yang ada di Kota Tomohon, yaitu:.
- Danau Linow
- Air Terjun ”Tumimperas” Pinaras
- Perkampungan Bunga
- Hutan Wisata Lahendong
- Air Terjun Tapahan Telu Tinoor
- Bukit Inspirasi Tomohon
- Anyaman Bambu di Kinilow
- Gereja Sion
- Pasar Tradisional Tomohon
- Eko Wisata di Desa Rurukan
- Jalan Salib
- Rumah Panggung Kayu
seni dan tarian di suku tombulu
Seni dan Budaya
Tarian
Seni Tari yang ada di Tomohon sama dengan di Minahasa umumnya, antara lain:- Tari Kabasaran (Tari Perang)
- Tari Katrili
- Tari Maengket
- Tari Pisok
Musik
Seni Musik yang ada di Tomohon antara lain:- Kolintang
- Musik Bambu
Mapalus
Masyarakat Kota Tomohon sama seperti masyarakat Minahasa pada umumnya memiliki adat istiadat dan budaya yang dikenal dengan sebutan Mapalus. Budaya Mapalus atau bekerja bersama dan saling bantu ini telah berakar dan membudaya di kalangan masyarakat Minahasa. Budaya tersebut sampai saat ini masih terjaga dan terpelihara. Pada kehidupan sehari-hari masih bisa dirasakan sikap suka membantu dan bekerjasama. Kecuali beberapa kegiatan yang merupakan rangkaian dari Mapalus seperti memakai alat tiup ketika mengajak kelompok untuk ber-Mapalus sudah mulai hilang. Perlahan keaslian mulai terkikis dengan modernisasi.suku tombulu di Minahasa, Sulawesi Utara
Suku Tombulu (Toumbulu), adalah salah satu suku tua di tanah Malesung (Proto Minahasa/ Minahasa Tua), yang terdapat di provinsi Sulawesi Utara. Suku Tombulu, terkonsentrasi di Tomohon yang mendiami daerah kota Tomohon, kecamatan Tombariri, kecamatan Pineleng, kecamatan Tombulu, kecamatan Wori, Likupang Barat dan ibukota Sulawesi Utara kota Manado.
Suku Tombulu, memiliki 8 walak (klan), yaitu:
1. Tomohon (Tou Muung)
2. Sarongsong
3. Tombariri
4. Kakaskasen
5. Ares
6. Maumbi (Kalawat Atas)
7. Kalawat Wawa (Klabat Bawah) di Paniki
8. Likupang.
Saat ini terdapat suatu Organisasi Adat Pakasaan Tombulu yang aktif melestarikan dan mengembangkan budaya suku Tombulu, yang dipimpin oleh mantan Wakil Walikota Tomohon Syennie-Smits Watoelangkow.Organisasi masyarakat ini telah membangun suatu amfiteater dengan pemandangan indah ke gunung Lokon yang masih aktif dan gunung Empung.Di tempat-tempat ini lah dahulu suku Tombulu menganggap pemukiman dewa-dewa mereka.Di sekitar amfiteater terdapat banyak mata air yang konon kabarnya bisa menyembuhkan penyakit dan membuat lebih pintar.
Di kompleks Organisasi Pakasaan Tombulu yang bernama Rano Walanda, terdapat banyak Waruga.Waruga adalah batu yang berlubang, yang pada masa dahulu digunakan sebagai tempat meletakkan mayat orang di dalam dan menutupinya dengan batu berukir besar. Lokasi amfiteater Rano Walanda terdapat di desa Woloan I di kota Tomohon.
Asal-usul suku Tombulu, menurut cerita rakyat (legenda/ mitos) seperti yang ditulis Pdt.M.Ph. Wilken dan Graflaand, yang tersimpan secara turun temurun dalam masyarakat suku Tombulu, adalah nenek moyang pertama di Minahasa adalah Opo Toar dan Lumimuut. Menurut ceritanya mereka hanyut terbawa arus dari arah utara, lalu terdampar di pantai barat Minahasa, di batu karang yang dinamai Batu Kapal yang terletak di daerah Sapa (kecamatan Tenga kabupaten Minahasa Selatan sekarang). Mereka hanyut terbawa arus air bah. Dalam tulisan Dr. Riedels Zano Simezuk Wangko, air bah merendam seluruh dataran sampai ke puncak gunung Lokon, Gunung Mahwu, dan gunung Soputan.
Opo Toar dan Lumimuut, berdiam di sekitar gunung Wulur Mahatus.Kemudian pindah ke sekitar Niutakan dekat Tompasu Baru.Di Tempat baru ini Opo Toar kawin dengan Lumimuut.Setelah sekian lama ternyata jumlah mereka bertambah banyak dan memenuhi daerah itu, sehingga mereka mulai menyebar ke seluruh Malesun (Minahasa). Awalnya terdapat 25 kepala keluarga yang menyebar, salah satunya antara lain keluarga Pinontoan dan istrinya Ambilingan dengan 6 orang anaknya. Mereka datang ke dataran gunung Lokon.Keturunan dari keluarga inilah yang diyakini menurunkan "suku Tombulu".
Tonaas Tumbelwoto, memimpin sebagian orang Tombulu pergi tumani ke Wanua Tula’u hingga terbentuklah walak Saronsong, Banyak rakyat berpindah ke Kinilow Tu’a. Tonaas Ka’awoan meninggalkan Kinilow Tu’a memimpin sebagian orang Tombulu pergi kearah barat ke suatu tempat yang terdapat rumput yang dinamai Wariri, sebagian orang yang menetap di sana disebut Touwariri, lalu sebutannya menjadi orang Tombariri.
Selanjutnya dari sana sebagian rakyat yang dipimpin oleh Walian Lokon Mangundap, Kalele, Apor, Karundeng, Kapalaan, dan Posumah, mendirikan negeri baru yang dinamai Katinggolan yang merupakan cikal bakal dari terbentuknya Wanua Woloan.
Tonaas Mokoagow juga meninggalkan Kinilow Tu’a dan pergi tumani ke Wanua Mu’ung dan Kamasi membentuk Tou Mu’ung (Tomohon).
Tonaas Ticonumu dan Tuerah pergi tumani ke Wanua Kakaskasen dan membentukWalak Kakaskasen,
Tonaas Lolong lasut dan Ruru pergi tumani ke Wanua Wenang dan Ares membentuk Walak Ares (di kota Manado sekarang).
Dari Kinilow Tu’a beberapa taranak pergi tumani ke Wanua kali dari sana Tonaas Alow pergi melintasi sungai wenang utara, lalu tumani ke Wanua Kalawat atas dan membentuk Kalawat atas yang kemudian berubah menjadi Kalawat Maumbi.
Dari Kalawat Atas keluar Tonaas Kondoy, Wangko Saumanan pergi ke barat tumani ke Wanua Kalawat Kalewosan yang kemudian menjadi Wanua ure, kini disebut Komo Luar. Kalawat Kalewosan ini kemudian menjadi Kalawat Wawa, ibu negeri Wanua ure.
Tonaas Kalengkongan beserta sebagian rakyat meninggalkan Kalawat Atas dan Kalawat Wawa, pergi tumani ke Wanua Likupang. Menimbulkan Walak Likupang.
Langganan:
Postingan (Atom)